Skip to main content

"Minimalis Budgetis Gua Pawon"



Catatan Perjalanan 19 Maret 2014
The Author : Fitri Nurlaela


“ Minimalis Budgetis ”
            Semua orang suka berlibur, semua orang suka jalan –jalan. Mendengar frase libur & jalan – jalan akan selalu dikaitkan dengan Uang.  No Money, No Holiday kalimat ini udah terlalu basi, liburan gak mesti mahal punya uang kurang dari lima puluh ribu rupiah pun kita akan tetap bisa berlibur. Tips liburan dengan minimalis budgetis adalah : 
  1. Semangat & Kemauan ( Terdengar Klasik tapi ini Bagian Terpentingnya)  
  2. Kenali Kota, Daerah, Desa tempat anda tinggal maka anda akan menemukan spot – spot yang   sebelumnya anda tidak tau. 
  3.  Bawa bekal dari rumah.
            Dengan melakukan perjalanan kita akan mendapatkan berbagai hal yang sebelumnya kita tidak tau. Kita akan lebih tau Realitas kehidupan masyarakat sebenarnya. Saya dan kedua teman saya  Arin & Dani menelusuri “ Guha Pawon ”. Sebenarnya objek wisata guha pawon sangat Potensial, sayang sekali hanya sedikit peminat yang mau berwisata ke tempat ini. Kesan pertama ketika saya menginjakan kaki di Guha pawon Wow...it’s so incredible & merasa “ Gua Pawon” misterius & sangat artistik. Ciptaan-nya memang tidak ada yang tidak indah bukan ?.
            Walaupun minimalis Budgetis tapi hasil yang didapatkan sangat maksimal. Dan kali ini saya merasa mematahkan kalimat yang sering di ucapkan oleh para pembisnis “ Tidak ada harga yang kecil untuk sebuah harga yang mahal” . Selain keindahan alam yang bisa kita dapatkan. Kitapun dapat mempelajari awal mula peradaban manusia dan realitas masyarakat sebenarnya. Pada tahun 2003 di temukan sebuah Fosil manusia purba yang hingga detik ini masih dijadikan bahan penelitian. So..don’t miss it, Bandungpun surganya Guha bukan hanya sekedar surganya belanja.

ALL ABOUT CATATAN PERJALANAN :           

  1. Menelusri Gua Pawon & Sekitarnya    
  2. Sejarah Gua Pawon  
  3. Legenda Gua Pawon  
  4. Realitas Masyarakat sekitar Kars padalarang 
  5.  Makan hemat di Situ Ciburuy yang mengecewakan  



1.Menelusuri Gua Pawon Padalarang.
Lokasi Gua Pawon :
Koordinat : 6 49' 22" S,  107 26' 14" E
Gua Pawon, adalah situs purbakala yang lokasinya sangat dekat dengan Bandung, 8 km dari pintu tol Padalarang atau sekitar 10 - 15 menit dari situ Ciburuy. Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Arah: ± 5 km di sebelah timur Kecamatan Cipatat atau  ± 25 km dari pusat Kota Bandung. Jarak dari Jalan Raya Padalarang – Cianjur ± 2 km melalui jalan desa  menuju ke lokasi.  




Rincian Biaya Perjalanan :
  •       Star from Kopo sayati – Terminal Lewi Panjang : Rp. 3.000,- Transportasi yang di gunakan  Angkot Soreang – Bandung  Pukul 08.20 -  08.55 WIB       
  •  Terminal Lewi panjang  -  Gunung masigit, Cipatat Padalarang. Transportasi yang digunakan Bis AC Sukabumi ( Rp. 10.000,- ) / Ekonomi ( Rp. 6.000,- ) 09.00  – 09. 37 WIB
  • Tiket Masuk Gua Pawon : Rp. 5.000,-

Shelter 1 
( Gapura Gunung Masigit Cipatat Padalarang )
           
Patokan utama menuju “ Gua Pawon” lokasinya terletak  -/+ 10 menit dari “ Situ Ciburuy”. -/+ 5 menit dari tebing 125 Citatah Padalarang. Sebelah kiri jalan dari ( arah Bandung  ) merupakan Tebing Citatah 125 dan lokasi Gua Pawon terletak di sebelah kanan jalan ( arah Bandung ).  Anda akan menemukan Gapura Besar dan terdapat Pangkalan Ojeg di samping kiri gapura Cipatat. Dari Gapura Cipatat ini menuju gua pawon diperkirakan -/+ 1000M. Untuk mencapai spot Gua Pawon ini kita harus banyak bertanya pada warga sekitar karena tidak ada papan petunuk jalan yang detail. Tarif naik ojeg menuju gua pawon hanya Rp.10.000,- . Jika ingin merasakan perjalanan yang lebih seru, sebaiknya jalan kaki saja, karena pemandangan yang ditawarkan juga cukup cantik. Walaupun Matahari menyengat, tapi semua itu akan terbayar karena sambil berjalan, bisa merasakan hembusan angin segar dan indahnya tebing di karst Citatah yang mengeluarkan semburat emas jika terekena sinar matahari.
Namun jika anda ingin menikmati indahnya kawasan Kars Padalarang lebih baik dari sekarang karena kian hari, kian ompong. Yang mengkhawatirkan kami juga, tempat tersebut sebentar lagi terancam bertambah rusak bahkan mungkin akan hancur oleh penambangan fosfat dan batu kapur. Bahkan beberapa lokasi di sekitar gunung Masigit sudah cukup porak poranda dan gundul akibat penggalian.

 





Shelter 2  


(Area Pengerukan Batu Kapur )
Dari Gapura, berjalan kaki secara santai dan tidak terburu –buru, sekitar 10 menit anda akan menemukan sebuah tempat pengerukan batu kapur. Ada dua cabang jalan, sebelah kiri adalah tempat pengerukan batu kapur. Dan sebelah kanan merupakan jalan menuju Gua Pawon.

Shelter 3 
( Papan Penunjuk jalan Gua Pawon )  

Dari Area Pengerukan Batu kapur berjalan -/+ 1O menit anda akan menemukan papan petujuk menuju Gua Pawon yang jaraknya hanya sekitar 500 meter menuju gerbang utama Gua Pawon. Sebenarnya jalanan Gua pawon sudah lumayan bagus untuk di lalui kendaraan hanya saja saya dan kedua teman saya lebih senang berjalan kaki karena titik  kepuasannya sangat jauh berbeda.







Shelter 4
( Gerbang Utama / Pintu masuk Gua Pawon )
             Rute untuk menuju Gua Pawon tidak begitu sulit hanya saja saya ingin menggambarkan shelternya secara mendetail, Karena sebelum saya berangkat menuju gua pawon,  saya tidak mendapatkan litelatur yang benar – benar detail. And then, dari Papan Penunjuk jalan Gua Pawon menuju shelter gerbang utama pintu masuk gua pawon kita hanya perlu berjalan kaki -/+15 menit saja. Kita akan di suguhi pemandangan cantik, seperti pohon yang daunnya sudah berguguran tapi pohon itu masih berdiri dengan angkuh dan indah memecah sinar matahari yang menyengat. Pohon tanpa daun itu benar – benar menggoda kita untuk berkenalan & berfoto dengannya.







Model in this picture is Arin si Lady Umbrella, tidak ada salahnya membawa payung itu akan sangat menolong kita dari sinar matahari yang cukup membakar kulit kita. Karena sekitar guha Pawon ini tidak begitu rimbun oleh pepohonan dan kawasan ini merupakan kawasan kars jangan lupa membawa masker juga, jalanan menuju guha pawon panas & cukup berdebu. Tapi kita mesti tetep stay cool yaaa... walaupun kawasan ini sangat panas ketika terik matahari benar – benar ada di atas kepala kita.









( Gerbang Utama pintu masuk Guha Pawon )




Beliau adalah Bapak Tantan merupakan petugas yang mengelola Gua pawon. Sebetulnya kalo mau nyelonong langsung masukpun gak akan ketahuan karena pos penjagaan guha pawon tidak ada yang menunggu sama sekali, tapi rasanya kurang sopan yah jika masuk tanpa permisi hehe.


  



Untuk pembelian tiket bisa menghubungi Bapak Tantan. Atau jika Beliau tidak ada kita tinggal beli saja tiket masuk di warung sebelum masuk guha pawon.






Price Only Rp.5.000,- Grab it !!!!






                                                           GUHA PAWON






Mulut gua berada di dinding bukit di kaki Pasir Pawon. bersiaplah untuk menutup hidung
karena akan tercium bau kotoran kelelawar (guano). Ribuan kelelawar beterbangan berputar-putar di salah satu ruangan gua. Gua ini terbagi menjadi 10 ruang besar. Untuk berkeliling dalam gua ini, kami harus jalan menanjak dan kadang membungkuk melewati celah yang sempit. Ornamen gua, seperti stalaktit dan stalagmit, sudah jarang ditemui karena keadaan gua sudah tidak sehat dan banyak dicuri oleh orang - orang yang tidak bertanggung jawab.










Bale, Maket, Mushola unik Guha Pawon
 Bale – bale ( peristirahatan )  
Kita selalu di sibukan oleh  rutinitas harian kita. Pergi ke Kantor, sekolah, kampus. Terkadang kita lupa cara bersantai menarik nafas kita dalam –dalam dan menghirup udara sejuk.   Lupakanlah sejenak kepenatan kita dan bersantailah di bale – bale ini biarkan pikiran
kita untuk relax sejenak saja.  Karena pikiran kita menjadi kaku karena terlalu banyak berada di antara mall-mall & gedung – gedung yang berdiri kaku. Bukankah kita bosan berteman dengan kemacetan ataupun hingar bingar bau kota.
    Bale – bale ini free untuk siapa saja. Tidak seperti tempat wisata Situ patenggang, pemandian air panas ciwalini / pun Cimanggu untuk beristirahat di bale seperti ini dikenakan tarif Rp. 5.000 – Rp.25.000.

  
Maket




Untuk anda para Backpacker sejati, 
terdapat maket “ Master Plan Wisata Gua Pawon ”. Rute yang akan kita jelajahi menjadi lebih spesifik karena maket ini.








Mushola Unik

Disebelah bale – bale ( tempat peristirahatan ) terdapat Mushola unik. Mushola ini berbentuk panggung, berornamen kayu dengan dinding bilik serta beratapkan gerabah & ijuk. Terlihat klasik namun cantik. Sederhana namun kaya akan kesederhanaannya. Bagi umat muslim jangan sampai kita terlena oleh keindahan ciptaanya. Bersyukur & bertanggung jawablah pada sang khaliq. Kita menjelajahi alam & seantero negri ini untuk mensyukuri nikmat yang ia berikan bukan ???




Pasir Pawon ( Bagian dari Gua Pawon )
Wisata Prasejarah diantara pabrik batu kapur. Diantara hingar bingar pabrik batu kapur tersembunyi sebuah bukit yang menuai catatan purbakala dan menjadi saksi sejarah awal mula peradaban manusia. Menurut bahasa Sunda, Pasir memiliki arti “Bukit”. Sedangkan Pawon berarti “Dapur”. Menurut legenda Sunda, gua Pawon merupakan dapur Dayang Sumbi. Bukit ini memiliki dua bagian yaitu Taman Batu dan Gua Pawon. Taman Batu berada di puncak Pasir Pawon sedangkan Gua Pawon berada di bawah Taman Batu dengan pintu masuk berada di kaki bukitnya. Dan jangan heran jika di antara batuan yang berada di pasir pawon kita menemukan fosil - fosil ikan purba.

Track menuju pasir Pawon






2. Sejarah Gua Pawon




SELAMA ini keberadaan Gua Pawon bagi warga Kampung Gua Pawon dan Panyusuan Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung barangkali tidaklah terlalu istimewa. Letak gua yang berada di lokasi penambangan berbagai jenis batu itu hanya dianggap sebagai satu lokasi tempat bernaung disela penambangan batu atau tempat bermain anak-anak.
 


 Namun, siapa sangka jika di dalam gua ini ternyata menyimpan misteri kehidupan masa lalu. Ya, di dalam gua itu ditemukan 20.250 tulang belulang dan 4.050 serpihan batu yang diperkirakan berusia sekira 10 ribu tahun. Temuan ‘besar’ yang cukup menggemparkan masyarakat Jawa Barat ini diharapkan akan menguak sejarah peradaban manusia Sunda. Apalagi selama ini, daerah Bandung dan sekitarnya amat miskin dari temuan-temuan arkeologi khususnya yang menyangkut peradaban manusia sehingga kemudian dijuluki ahistoris.
 

Temuan tulang belulang dan serpihan batu itu diyakini mengindikasikan adanya kehidupan manusia purba dikawasan Gua Pawon. Bahkan dikawasan tersebut dipastikan pernah tumbuh kebudayaan manusia pada jaman dulu.
Dugaan sementara para pakar, tulang belulang tersebut milik manusia purba yang hidup pada jaman batu dan tinggal di dalam gua. Sedangkan serpihan batu diduga merupakan perkakas milik manusia yang hidup dijaman dulu.
Tulang belulang maupun serpihan batu, yang ditemukan didalam salah satu rongga Goa Pawon yang berlokasi antara Kampung Gua Pawon dan Panyusuan, Desa Gunung Masigit Kabupaten Bandung tersebut diduga berasal dari masa perlapisan budaya. Benda-benda tersebut ditemukan tim arkeologi dari Balai Arkeologi Bandung setelah melakukan penggalian selama sepuluh hari, (10-19 Juli 2003) pada lubang berukuran 2 x 2 meter persegi dengan kedalaman 140 sentimeter.
Menurut Ketua Tim Peneliti Gua Pawon dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, penggalian dilakukan menggunakan metode speed, yaitu menggali selapis demi selapis tanah dengan ketebalan lima sentimeter untuk setiap lapisnya. Saat penggalian itu, pada lapisan-lapisan tersebut ditemukan tulang belulang, batu obsidian, serpihan batuan, gigi, rahang, serta mollusca air tawar. Tak hanya tulang belulang manusia purba, tim ini juga menemukan tulang belulang berbagai jenis unggas, vertebrata, serta reptil. Tulang yang diperkirakan milik mollusca air tawar, ditemukan dalam keadaan utuh. Kemungkinan besar, hewan tersebut tidak dikonsumsi oleh manusia pada jaman itu, karena bila dijadikan mangsa makhluk lain, biasanya badan hewan tersebut hancur dan sulit dapat diangkat.
Temuan tulang belulang serta serpihan batu di Gua Pawon, masih berdasarkan perkiraan berasal dari masa perlapisan budaya. Pada masa itu terjadi pelapisan tiga budaya, yaitu masa Mesolithikum, Preneolithikum, serta Neolithikum, yang masing-masing memiliki ciri tersendiri.
Masa Mesolithikum, misalnya, sudah memiliki alat serpih. Masa Preneolithikum memiliki alat serpih dan gerabah. Pada masa Neolithikum, alat serpih tidak lagi digunakan, namun gerabah masih dimanfaatkan.
Namun demikian untuk menentukan secara pasti tahunnya, tim menemui kesulitan. Hanya saja berdasarkan perkiraan, tulang belulang dan batuan itu berasal dari masa Mesolithikum yang berlangsung 35.000 tahun hingga 3.000 tahun yang lalu.
Beberapa pakar Arkeologi, seperti Dr. Harry Truman Simanjutak, dalam beberapa tulisannya tentang manusia dan hewan masa purba yang datang ke wilayah Nusantara, menduga terjadi sejak masa plestosen (empat juta-20.000 tahun lalu) dan bermigrasi ke berbagai belahan dunia. Saat itu terjadi perubahan bentuk daratan, karena proses alami dari daratan jadi lautan, atau sebaliknya. Perubahan itu berlanjut pada zaman glasial (zaman es) di bumi bagian utara dan selatan, sedang di khatulistiwa berlangsung hujan dan iklim lembab (pluvium). Akibatnya, laut dangkal berubah jadi daratan. Kita pun lalu mengenal adanya paparan Sunda menghubungkan Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan sampai daratan Asia Tenggara. Di timur muncul paparan Sahul yang menghubungkan Irian dan Benua Australia.
Kuat dugaan, pada zaman itulah manusia bermigrasi, menetap dan membangun kehidupan di suatu tempat, termasuk di Nusantara. Hal ini diperkuat dengan temuan artefak, fosil fauna, peralatan dari batu, tulang dan rangka manusia purba di Afrika, Eropa, Cina dan lainnya yang mirip dengan tinggalan yang dijumpai di Indonesia.
Seorang pakar genetika, Wuryantari, pernah berujar, dari sebuah tulang manusia banyak riwayat yang bisa diungkap, dengan menggunakan teknik forensik. Bahkan wujud seutuhnya pun bisa dimunculkan lagi. Untuk itu menurutnya membangkitkan kembali nenek moyang kita yang hidup ribuan tahun lalu, bukannya tidak mungkin secara teoretis. Karena dalam fosil yang telah ditemukan, bisa saja ditemukan DNA (Deoxyribonucleic acid) yang masih dalam kondisi baik.
Dalam hal ini ia melakukan analisis haplotipe (atau karakteristik genetik yang menandai suatu populasi) antara manusia purba dan manusia modern, agar dapat diketahui adanya kaitan kekerabatan dan pola migrasinya. Apakah, keberadaan tulang belulang yang ditemukan di Gua Pawon Gunung Masigit, ada kaitannya dengan nenek moyang Jawa dan Bali atau Nusantara? Untuk menyimpulkan hal tersebut diperlukan penelitian lebih mendalam dan waktu yang lumayan panjang.


3.Legenda Gua Pawon
"Konon, setelah manusia purba menempati gua ini pada 9.000 tahun lalu, Dayang Sumbi, perempuan yang dalam cerita Sunda terkait denganasal usul Gunung Tangkuban Perahu, pernah menempati gua ini. Posisi Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Masigit diyakini menyambung.
Konon, Danau Bandung Purba diciptakan berkat kesaktian Sangkuriang yang berusaha memenuhi permintaan Dayang Sumbi yang akan disuntingnya sebagai isteri. Wanita yang diceriterakan tetap cantik di masa tuanya itu tidak lain dari ibunya sendiri. Rencananya, pasangan anak dan ibu itu akan berbulan madu dengan berlayar mengarungi danau tersebut yang diciptakan dengan membendung Sungai Citarum.
Namun, sang ibu rupanya tak kalah akal untuk menggagalkan rencana tersebut. Dengan kesaktiannya, ia berhasil mengelabui anaknya tercinta. Ia menciptakan seolah-olah fajar yang menjadi batas waktu yang dijanjikan, sudah menyingsing. Keadaan itu disusul dengan ramainya kokok ayam jantan. Burung-burung berkicau

bersahut-sahutan menyambut pagi.
Menyadari usahanya telah gagal, Sangkuriang kemudian menendang perahunya yang belum rampung sehingga terbalik. Dan, setelah sadar bahwa dirinya telah tertipu, ia mengejar-ngejar Dayang Sumbi. Wanita bernasib malang itu menyelamatkan diri dengan melompat ke atas lunas perahu yang terbalik sehingga menciptakan lubang yang besar menembus perut bumi.
Kelak dikemudian hari, perahu yang terbalik itu berubah menjadi Gunung Tangkuba Perahu. Di bagian tengahnya terdapat kawah Ratu, tempat di mana Dayang Sumbi melompat dan kemudian hilang ditelan bumi. Karena itu, jika swaktu-waktu kita bernasib mujur tatkala berkunjung ke Gunung Tangkubanperahu, sesekali akan terdengar suara yang berasal dari lepasan tufa panas dari kawahnya. Suaranya yang terdengar mendengus-dengus itu diibaratkan sebagai tangis Dayang Sumbi yang harus menanggung derita sampai akhir hayatnya.
Konon, Goa Pawon adalah dapur dimana Dayang Sumbi biasa memasak. Kenyataannya menurut para ahli tempat ini memang difungsikan sebagai dapur oleh manusia prasejarah dengan ditemukannya fosil sisa-sisa makanan dan biji buah-buahan. Gua Pawon sebenarnya merupakan gua yang tidak mempunyai lorong-lorong yang panjang dan gelap, tapi hanya terdiri dari banyak ruang (10 ruang besar) yang merupakan ceruk di dinding bukit.
Dayang Sumbi menghilang atau tidak lagi menempati Gua Pawon ketika Sangkuriang tidak mampu menepati janjinya membuatkan perahu.
Jasadnya boleh hilang, tetapi rohnya dipercaya masih ber-semayam. Roh Dayang Sumbi dan manusia purba sebelumnya masih diyakini warga selalu ada di Gua Pawon.
Itulah yang membuat orang-orang masih melakukan tradisi ngala berkah atau mencari berkah di sana. Setiap malam Kamis, orang-orang meletakkan sesajen dan melakukan tawasul bersama di dalam gua. Mereka percaya dengan adanya uleman atau wangsit dari roh-roh gaib di tempat ini.
Ada yang sampai tidur berhari-hari dan mandi di sumur Bandung. Mereka yakin, ritual itu memberikan berkah juga menambah ilmu."

4. Realitas Masyarakat sekitar Masyarakat Guha Pawon



Selama saya keliling Bandung baik arah selatan, utara, timur dan barat, maka arah terakhirlah yang jarang saya jelajahi. Bukan tanpa alasan saya tidak menjelajah bagian barat ini. Karena yang saya tau tempat wisata atau tempat-tempat menarik masih jarang terdengar. Yang saya tau tempat menarik paling Situ Ciburuy atau Citatah. Citatah sendiri termasuk tempat menarik khusus karena tempat ini terkenal hanya dikalangan Pecinta alam saja sebagai tempat manjat tebing.

Di antara gagahnya tebing-tebing , ternyata ada satu tempat yang sangat berharga bagi nilai sejarah manusia. Yaitu ditemukannya fosil manusia purba. Perbukitan Padalarang adalah dasar laut pada 23 juta tahun yang lalu. Pada masa yang disebut Oligosen.

Jadi ada “bekas”riwayat bumi yang masih ada didekat kita, yaitu perbukitan Padalarang, Citatah, hingga Raja mandala. Sebut saja ; Gunung Hawu,Gunung Panganten, Gunung Masigit hingga Pasir Pawon. Tapi kita belum bisa bangga



sepenuhnya dengan harta karun itu, karena sejengkal demi sejengkal perbukitan itu telah di ekspolitasi tanpa ampun . Beberapa gunung mulai hampir rata dengan tanah.

Inilah realita yang mengandung ironi dan miris. Antara uang dan ketidaktauan. Semoga saja situs ini masih bisa berdiri dan bertahan menerpa hasrat manusia. 


“ Bukan Hanya alam yang di Ekploitasi, bahkan pribumi sekitarpun ikut terekpoitasi haknya karena ketidak tahuan ”

Pernahkah diantara kita mendengar pituah suku Baduy di pedalaman Banten ???. Mereka berkata ada 2 jenis manusia di dunia ini. Manusia baik & manusia pintar. Mau menjadi manusia mana silahkan anda yang menentukan?. Mereka lebih memilih menjadi manusia baik dari pada menjadi manusia pintar. Dengan "kepintaran mereka si serba pintar membodohi orang lain dengan segala ketidaktauan mereka yang tidak tau Meng-Ekploitasi alam & sesama manusia ini sudah ternjadi sangat lama...



Ketika kita memasuki kawasan ini kita akan disambut oleh nyanyian duniawi yang pelik. Anda akan disambut oleh ledakan dinamit yang digunakan untuk mengebom batuan kapur. yang di iringi riuhnya suara alat kontruksi hidrolik kapur. Telinga kita akan menengar belayan suara lembut dari truk -truk besar pengangkut batu kapur. Apakah kita hanya akan duduk manis & menunggu datangnya Final Examinations ???




Mereka adalah korban ketidaktahuan. Mereka adalah para kuli pengangkut batu yang  sedang melepas lelah. Betapa, ironis tinggal di negeri yang kaya akan sumber daya alam hanya mendapat upah Rp.30.000/hari tergantung berapa banyak batu yang mereka angkut. Benar kata Andrea Hirata “kekayaan adalah kutukan”. Ini hanya sebagian kecil di area Bandung Barat “Bagaimana jika di lihat dari kaca seluruh bagian Indonesia? Bukan hanya kawasan Kars Padalarang yang SEKARAT”. Kekayaan alam indonesia banyak dikuasai oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab. Ini sudah seperti menjadi rahasia umum. Saya sebagai penulis menyadari dengan mengeluh lewat tulisan tentu tidak akan berdampak apapun untuk negeri ini ataupun untuk kawasan kars Padalarang.


Ini semacam masalah yang tidak ada jalan penyelesaiannnya. Andai bumi bisa bicara? Pasti kita sudah dimaki habis – habisan. Bumi telah memberikan banyak isyarat tapi kita manusia tidak mempedulikannya. Dan saya merupakan bagian manusia itu yang baru menyadari hal tersebut sekarang.  Manusia lebih sibuk mencari makan, daripada mempedulikan alam & sekitarnya atau mungkin kadang kita seperti ikan yang mencari - cari air di dalam kolam. Kepala saya seakan ikut  meledak setiap kali melewati kawasan Kars Palarang.


 WHAT SOULD I DO ??? WHAT THE FUCK !!!




                                                      – PLEASE SAVE OUR NATURE -
 
5.Makan hemat di Situ Ciburuy yang mengecewakan    
Sekali Dayung Dua Pulau terlampaui.
Bubuy Bulan, adalah lagu yang menggambarkan keindahan alam situ Ciburuy. Masihkah situ ciburui Indah ??? Lagu ini cukup terdengar bersahat bukan di telinga kita, terutama bagi suku Sunda...

Bubuy bulan
Bubuy bulan sangray bentang
Panon poe
Panon poe disasate

Unggal bulan
Unggal bulan abdi teang
Unggal poe
Unggal poe oge hade

Situ Ciburuy
laukna hese dipancing
Nyeredet hate
Ningali ngeplak caina


Duh eta saha
Nu ngalangkung unggal enjing
Nyeredet hate
Ningali sorot socana

Jarak Gua Pawon & Situ Ciburuy tidak jauh hanya sekitar 10 – 15 menit menuju spot ini. Entahlah...harus berkata apa ketika kaki ini berada di situ ciburuy untuk melepas lelah seusai menjelajah gua pawon. Dulu tempat ini indah. Sekarang hanya Danau yang dipenuhi tumpukan sampah. Ketika kita memasuki kawasan ini kita akan di sambut oleh para pedagang makanan di sekitar pinggiran situ ciburuy. Satu tips dari saya hindari para penjual makanan yang memaksa untuk singgah di warung mereka. Carilah tempat yang cukup nyaman & bersih untuk kita beristirahat.













Manusia oh manusia sudah menikmati keindahan alam ini, malah merusak & mengotori jagat raya ini. Dipintu masuk utama kita menemukan sebuah papan yang merangkum kondisi situ ciburuy. Belum masuk saja kita sudah menemukan onggokan sampah di belakang papan tersebut. ( Begitu tidak sesuai ) Hmm.......

Setelah itu kami memilih warung makanan yang lumayan nyaman untuk kami beristirahat. Dan memesan satu porsi ikan bakar yang cukup murah hanya Rp.35.000,- / porsinya. Satu porsinya adalah empat potong ikan yang cukup besar. Berhubung kita membawa bekal dari rumah jadi lumayan hemat hanya membeli ikan saja & satu mangkok Karedok ( Salad-nya orang Sunda ). Karedok akan menambah semangat makan kita.  Meski kecewa dengan kondisi Situ Ciburuy saat ini.







 
"Santai di tengah nuansa Situ Ciburuy yang kotor....Peace hehe"





Legenda Situ Ciburuy 
Situ Ciburuy terletak di kabupaten Bandung Barat, Padalarang. Di situ merupakan peninggalan Prabu Siliwangi, dan tempat ini awalnya digunakan sebagai arena pertarungan para jawara di pulau Jawa.

Kini situ Ciburuy dijadikan salah satu destinasi wisata Jawa Barat. Untuk menuju kawasan ini, wisatawan dari Bandung dan Jakarta yang melewati jalan tol Cipularang, bisa keluar dari gerbang tol Padalarang, letaknya sekitar 1 kilometer dari pintu tol.

Seperti halnya sebuah budaya peninggalan zaman dahulu, situ ini tidak luput dari mitos-mitos yang ada di sekelilingnya.

Sejarah

 
Situ Ciburuy pada mulanya adalah dua buah sungai kecil yang ujungnya bertemu di Desa Ciburuy. Tahun 1918, lokasi pertemuan kedua sungai itu dibendung. Lalu airnya diatur untuk mengairi sawah-sawah desa. Lama kelamaan, bendungan ini airnya makin tinggi dan menggenangi wilayah seluas 14.76 ha. Tapi tanah tertinggi di tengah-tengah danau tidak tergenang, yang kemudian membentuk sebuah pulau mungil. Mayarakat setempat lantas memberinya nama Situ Ciburuy. 
 Tuan Bempi

Awal 1942, seorang Belanda bernama Tuan Bempi mengantongi hak memelihara ikan dari pemerintah Hindia Belanda di danau itu. Ikan-ikannya berkembang pesat. Untunglah Tuan Bempi tidak kikir. Ia bahkan dikenal sebagai dermawan yang sering membantu warga desa. Karena kesibukannya dibidang lain, pengelolaan sehari-harian danau ia percayakan kepada Romli, warga Desa Ciburuy.

Sayang, tahun itu Jepang masuk RI. Semua orang Belanda ditawan dan dibawa ke Jakarta, termasuk Tuan Bempi. Sejak itu, keberadaan Tuan Bempi tidak diketahui lagi.

Dulu, setelah Tuan Bempi menghilang tahun 1942, setiap tahun di sekitar Situ Ciburuy selalu diadakan semacam upacara penolak bala. Upacara ini biasanya digabung dengan upacara menangkap ikan yang dinamakan “lotre”. Ketika itulah digelar pertunjukan wayang golek, kendang pencak dan ronggeng. “Tapi belakangan ini acara tersebut jarang di adakan. Nggak tahu kenapa,” tutur Mahmudi lagi.

Tapi yang unik di Situ Ciburuy adalah soal ikannya. Mengapa masyarakat setempat dengan mudah memancing atau menjala ikan di tempat itu, sedangkan bagi pendatang atau orang luar mengalami kesulitan? Hal ini sangat tidak rasional menurut banyak orang. Setelah ditelusuri, konon, menurut tokoh masyakat di sana, menangkap ikan di Situ Ciburuy itu ada ilmunya. Dan ilmu itu hanya dimiliki secara turun-temurun dari para orang tua kepada anak-anaknya.

Apa saja mitos yang ada di situ Ciburuy? Berikut penjelasannya.

Ikannya susah dipancing
Ya, bukan hanya pada saat ini, fenomena ini sudah ada ratusan tahun yang lalu, seperti diabadikan dalam sebuah lagu sunda dengan liriknya, "Situ Ciburuy, lauk na hese dipancing."

Sebait lirik tersebut memperlihatkan, bahwa memang ikan di sini sangat susah untuk dipancing. Dan konon, hanya pribumi asli yang mampu memancing ikan di situ tersebut.

Ada pusaran di bawah situ
Pada saat-saat tertentu, sering mucul pusaran air di tengah-tengah situ tersebut, namum kapan terjadinya, masih menjadi misteri.

Dilarang pacaran
Bagi mereka yang berpasangan, terdapat pantangan untuk mengunjungi situ tersebut, terutama pada hari Jumat dan Sabtu. Konon, bagi mereka yang keukeuh kesana, maka hubungannya tidak akan langgeng.
Sejarah situ Ciburuy memang sangat panjang, di sini juga terdapat keris, bende--lonceng yang terbuat dari perunggu, kujang--senjata khas Jawa Barat, trisula, tombak, dan tulisan Jawa kuno yang ditulis Prabu Kian Santang.

Sekali lagi, mitos ini adalah yang ucapan yang ada turun-temurun, bagi Anda yang ingin menikmati keindahan situ Ciburuy dengan kondisi seperti saat ini, tidak usah ragu untuk mengunjunginya....



Ciburuy saat ini ( 19 Maret 2014 )




Saksi bisu Perjalanan kami :)



- Semoga Tulisan ini Bermanfaa
Beberapa Litelatur Di Ambil dari Google

Comments

  1. Keren tulisannya, keren tempatnya (yang nulis juga so, cool). Pengiiin ke sana, kapan yaa? Ini gembala domba di mana Fit? Banyak domba n padang rumput, saya jadi ingat Dubbo, 300 km dari Singleton, Sydney, Aussie. 2012 saya ke sana. Betah banget liat pdang rumput n ratusan donba berlarian. Sementara di sudut lain di kejauhan, kanguru liar juga berlompatan.

    ReplyDelete
  2. Wow Amazing Pak Pur, jadi ingin kesana juga, terima kasih udh visit k blog saya pak :) yg ada domba-dombanya itu d deranch lembang pak :) bisa d bilang Deranch itu KW nya Aussie hehe, kl Pak pur k Bdg. Insaallah aku temenin pak :)

    ReplyDelete
  3. Tulisan yang menarik (orangnya juga haha) Saya baru 3 hari an ke sana. plus ke stone gardennya. mantap pemandangannya tapi pas masuk ke gua pawonnya merinding bulu romaku

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

“ Exploitasi Gua lalay Majalengka yang belum terjamah, Sunset Cantik & Jernihnya air di Curug Cicangkrung Tamanan Nasional Gunung Ciremai ( TNGC ) Majalengka”

Catatan Perjalanan 8 Juni 2014 Fitri Nurlaela  Masih dengan tema Minimalis Budgetis...ngetrip dengan Low cost. Saya dan dua teman backpacker saya yaitu Danny asal Bandung & Giri asal depok mencoba meng - explore Majalengka Jawa Barat. Berawal dari postingan Ade Imron   Jaelani tentang Gua Lalay Majalengka   di Grup Indonesian Mountain ( Social Media Facebook ), Saya langsung tertarik untuk ngetrip ke Gua lalay. Lalu saya googling mencari litelatur Gua Lalay, saya tidak menemukan web ataupun blog yang memebahas gua Lalay yang kabarnya mirip green canyon. Dari pada buta informasi, akhirnya saya langsung bertanya pada Nara sumber yang pertama kali memposting foto gua lalay tersebut. Ade Imron Zaelani adalah narasumber kami, dia merupakan anggota dari Aspinal foundations & Compas Adventure Majalengka & Rangger di TNGC. Destinasi awal yang kami tuju adalah Gua lalay & Curug Muara Jaya. Namun, Narasumber ( Ade Imron Zaelani ) menyarankan Destinasi lain yaitu Cur

Surat Untuk Bapak Kosmara

Teruntuk Almarhum Bapak Kosmara, Aku memulai tulisan ini dengan semacam entah... Sebab ketika aku sedang merindukan seseorang, perasaan dan logikaku selalu membawaku pada sebuah atmosfir yang disebut apa, akupun tak tau?. Sebab rindu itu selalu menyeretku pada sebuah ruang yang entah. Namun, sesuatu yang pasti, beliau akan marah jika aku rindukan. Sebagian orang beruntung pak, hanya terpisahkan jarak dan waktu. Sementara kita terpisahkan dimensi yang berbeda.        Apa Kabar Pak ?, semoga bapak baik-baik saja disana. Aku membawa kabar gembira untuk bapak. Sekarang aku sudah semester 7, kuliah di STKIP Siliwangi Bandung. Judul Proposal penelitianku baru saja diacc pak. Do'akan aku ya pak, semoga aku segera mendapatkan sebuah lebel bernama  sarjana. Oh...iya pak, aku mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, terinspirasi dari bapak.          Sejak pertama kali aku berada di kelas bapak, barang sedetikpun aku tidak mau beranjak dari kelas Sastra Indonesia.

Mengintip Sisi Kawah Galunggung Tasik

Cahaya Siang telah tertutup oleh cahaya malam, waktu liburan yang singkat membuat kami tidak peduli perjalanan itu dilakukan malam atau siang. Mobil kami bak kuda perang yang tengah berlari kencang mengejar musuh di padang terbuka. Sabtu 20 Desember 2014, tepat jam sepuluh malam kami mengawali perjalanan kami dari Bandung menuju Desa Suka Ratu Singgaparna Tasik. Disanalah Tuhan Semesta alam menaburkan Kawah Galungggung yang luasnya kurang lebih 275 Km2 berdiameter 500 meter dengan kedalaman 100 - 150 meter. kami tidak peduli perjalanan kami akan ditemani hujan atau tidak, yang terpenting bebas dari jeratan pasal asap kemacetan. Pergi di tengah malam menghindari asap kemacetan, membuat kita datang kepagian. Deretan bukit, Ladang sawah, Warna – warni kanan & kiri jalan tidak terlihat. Yang terlihat hanya gulita malam yang di selingi siluet dari lampu – lampu  kendaraan serta lampu – lampu rumah. Membuat sang pengemudi harus membuka mata lebar – lebar. Sesekali berpapasan d