Skip to main content

Curug Malela Little Niagara From Bandung Barat, Pesona Surga Yang Tersembunyi

Catatan Perjalanan 28 Mei 2014

( Fitri Nurlaela )

         Sudah lama sekali, saya sangat ingin mengunjungi Curug Malela akhirnya terwujud juga. Kabarnya curug Malela ini sangat mirip dengan Air terjun Niagara di Ontario Canada. Seperti biasa trip kali ini masih mengusung tema yang sama "Minimalis Budgetis". Wisata hemat kurang dari seratus ribu rupiah.
              Dengan berbagai trouble yang datang tidak terduga akhirnya kita sampai juga di tempat tujuan. Saya dan ke-3 teman saya tidak menggap trouble yang datang sebagai trouble. kami asik bercanda dengan tekad membaja. Trouble pertama Camera Digytal Samsung 12MP yang biasa kami andalkan mendadak rusak, Untungnya masih ada Ipod yang bisa kami andalkan. Mungkin Jurnal ini hanya memuat sedikit dokumentasi.

Keep smile, walau salah naik elef
 Kebodohan yang kedua adalah salah naik elef harusnya kita naik elep Ciroyom - Bunijaya tapi kita malah naik elep madona dari Terminal leuwi Panjang, otomatis jadi buang - buang waktu dan muter - muter. Mungkin ini rencana Tuhan mengajak kami harus jalan - jalan ke Terminal Sindang Kerta. Semua karena kelalayan saya yang tidak jeli menyerap informasi Star awal jam 8 Pagi dari My Home Sweet Home "Sayati Village". nyampe terminal Leuwi Panjang Pukul 08.30, Lalu elef Madona pergi pukul 09.15 dengan tarif Rp.15.000,-.



Terdampar di terminal Sindang Kerta
Sampai di terminal Sindang kerta pukul 11.50. Lalu menunggu elep menuju BuniJaya hingga pukul 12.15. Yeee...akhirnya dapet elep. Kami kira hanya setengah jam, akan mencapai Terminal Buni Jaya dan ternya kita sampai pukul 14.23 di terminal Buni Jaya. Tidak apa - apa semua demi melihat SURGA yang TERSEMBUNYI CURUG MALELA. Management waktu yang buruk. Untuk treveller yang mau ngetrip kesini perhatikan management waktu, kami menyesal tidak mempedulikan management waktu.
         




 Ketika tiba di Terminal Buni Jaya  berhati - hatilah banyak tukang ojeg yang memasang tarif sangat mahal dari mulai Rp. 200.000,- PP, sampe Rp.80.000/PP. Karena Minimalis budgetis kami hanya tawar - menawar saja dan memilih untuk hiking. Kami berjalan menuju Desa Ronnga tidak jauh dari terminal Buni Jaya, dari AlfaMart Buni Jaya belok kanan tiba Pukul 14.30.

In Pic : Denny Kusmiardy & Fitri & yang motret Danny Ramdhany






















       Kami Bertiga terus dibuntuti tukang ojeg dan tetap kukuh berjalan kaki meski tukang ojeng mendoktrin kami agar naik ojeg. "Neng sakedap deui hujan, cape  mapah mah jauh neng moal dugi atos sonten !" ( Neng sebentar lagi hujan, jauh kalo jalan kaki gak akan nyampe). Semua narasumber yang kami tanya bilang Curug Malela jauh bahkan, penduduknya sendiri banyak yang belum tau. kami anggap hal - hal tersebuat hanya hoak. Kami melanjutkan perjalanan kembali & tetap di buntuti tukang ojeg. Dan akhirnya kita berhenti di sebuah pabrik kebun teh yang entahlah kami lupa namanya. Kita memutuskan untuk rest disana & makan siang menjelang sore. Pukul 15.00-15.30 kami makan dan tetap di buntuti tukang ojeg.


            Dan akhirnya kami menawar SERATUS RIBU/PP ( 3 ojeg ). Rencana hikingpun batal karena kondisi yang ada tidak mendukung untuk jalan kaki. Dengan bersusah payah akhirnya deal juga dengan budget segitu. untungnya muka - muka kita masih kabeungeutan jadi anak kampus dan akhirnyatukang ojeg prihatin juga ngeliat muka - muka gak punya duit macam kita hihi. Tips naik ojeg hemat.
1.) Berpura-pura dalam rangka tugas
2.) Pasang expresi anak kampus kere
PADA KENYATAAN-NYA, curugnya emang jauh, akses jalannya sulit, benar - benar terisolir dari dunia luar. Sebuah surga yang nyarir terisolir dari peradaban & bagaikan harta karun yang belum digarap secara optimal. Dan kami menyesal membayar tukang ojeg dengan tarif rendah, benar - benar tukang ojeg yang baik. Kalo ada uang PP SERATUS RIBU/orang pun berani. Tapi tetep lebih seru kalo hiking kepuasannya beda. Dengan naik ojeg hanya tiga puluh menit saja, sekitar 12 Km menuju pos curug malela. Dan untuk menujun curugnya tidak bisa menggunakan motor kita harus jalan kaki kurang lebih 3KM dengan tiga puluh menit berjalan kaki. Di awal perjalanan menuju curug Malela terdapat tanga - tangga & Curug Malela mulai terlihat.



Batas akhir anak tangga menuju curug Malela, jalanan menurun tanpa anak tangga

Tetep nyengir Kuda walau udah gak sabar pengen cepet - cepet nyampe






          Awan Mendung di detik - detik menuju Curug Malela,  Untuk Exploere Malela yang terbaik adalah pagi hari.                     



Finally, Well Done CURUG MALELA langsung mengucap syukur bisa mencapai curug Malela & langsung muter lagun Tears Drop is Wattelfall, versinya Boyce AVeneu....
                     

Wellcome, Little Niagara From Bandung Barat

Akomodasi menuju Curug Malela, dari Kopo Sayati :

1. Sayati - Terminal Leuwi panjang = Rp. 3.000,-  (-/+  30 menit )
2. Ciroyom/cikudapateuh - Terminal Ciroyom = Rp. 3.000,- ( -/+ 30 menit )
3. Ciroyom - Buni Jaya = Rp. 25.000,- ( -/+ 3-4 jam ) ,
ATENTION : Elef terakhir menuju Bandung Jam 15.00 & Ada lagi jam 02.00 subuh.
P.S : Jika anda tidak begitu suka jalan kaki bisa pakai Ojeg, lalu berjubugalan sekitar tiga puluh menit untuk mencapai Curug Malela.

 INFO LOKASI, CURUG MALELA :

Lokasi

Peta dan Koordinat GPS:  7° 00' 38.01" S  107° 12' 22.00" E


Tinggi
60-70 meter
Jumlah terjunan
1
Kecepatan aliran rata-rata
700 m³/s (38,430 cu ft/s)


Curug Malela memiliki ketinggian sekitar 60- 70 M dan lebar 50 M , terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga – Gununghalu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng, unung berapi yang terletak di sebelah barat Ciwidey yang telah mati, mengalir melalui Sungai Cidadap – Gununghalu. Mengalir membentuk jaringan sungai Cidadap dan bermuara ke cisokan. Airnya sangat Deras dan bila sedang beruntung kita dapat menyaksikan ratusan ekor monyet ekor panjang ( Mocaca pasciscularis )




" Curug Malela merupakan air terjun paling atas dari rangkaian tujuh air terjun sepanjang 1 km.  Urutannya adalah Curug Malela, Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug Ngebul, Curug Sumpel, Curug Palisir dan ditutup dengan Curug Pameungpeuk.  Semua terletak di desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat.

Setiap air terjun tersebut memiliki kekhasan tersendiri.  Curug Malela memiliki air terjun yang terpisah saat jatuh dengan 5 jalur yang ada.  Curug Katumiri pada pukul 8-9 bisa memperlihatkan pelangi di badan air terjun.  Curug Ngebul adalah kebalikan dari Curug Malela, yaitu air yang jatuh justru berkumpul sehingga menimbulkan efek kabut dan suara yang menggelegar.

Curug Manglid memiliki goa di belakang air terjunnya.  Curug Sumpel memiliki daerah di bawah air terjun yang lebar meski terlihat sempit dari kejauhan.  Curug Palisir mirip Curug Malela meski dengan ketinggian yang lebih rendah.  Terakhir, Curug Pameungpeuk adalah air terjun dengan muara antara Sungai Cidadap dan Cisoka yang terletak tidak jauh dari air terjunnya.


Sebenarnya di kawasan ini (Kecamatan Rongga masih ada beberapa curug yang indah dan layak dikunjungi. Seperti Curug Buana, Curug Cilinggapayung dan Curug Nyandung."

"Exciting, terpesona oleh surga yang tersembunyi "

Cuaca mendung & Gerimis Datang kami hanya sepeluh menit menyaksikan keindahan Curug Malela, belum puas suatu hari kami akan kembali lagi kesini, banyak kebaikan yang kami dapatkan selama perjalanan dari mulai nemu tukang ojeg yang baik dengan tarif minimum. Lalu, ketinggalan elef karena kami tiba di Desa Rongga pukul 16.30. Kami pasrah entahlah, tidur dimana, uangpun habis, kami menanggapinya dengan santai let it easy.

Di depan warung Rindu alam

Dan akhirnya kita mendapatkan kebaikan kembali, berawal menunggu mesjid yang pelatarannnya cukup luas & teduh untuk tidur kami ikut duduk di warung 24 jam ( Warung Kopi Rindu Alam ) tanpa memebeli apapun karena uang kami hanya cukup untuk ongkos pulang. Bapak pemilik warung tersebut mempersilahkan kami tidur di warungnya, meminjamkan kami tiga bantal & tiga selimut, memeberi kami makanan. Kami bertekad kami harus kembali ke Desa Rongga suatu saat nanti... Secepatnya, untuk bersilaturahmi. Sayang, langit mulai gelap & hujan, Ipod 3gs kami tidak bisa mengambil gambar warung tersebut.

" Rumpi di Warung 24 jam bareng si kembar Danny & Denny "
Terima Kasih Atas kenikmatan yang engkau berikan, Thank GOD
Terima kasih ketiga emang Ojeg : Emang Andi, Emang Joni & Emang Asep
Terima Kasih Owner Warung Rindu Alam...
We well Miss This Time....



" Pesona keindahan & Kebaikan Curug Malela, Surga yang tersembunyi di Bandung Barat my Lovely City "
























































































Comments

Popular posts from this blog

Surat Untuk Bapak Kosmara

Teruntuk Almarhum Bapak Kosmara, Aku memulai tulisan ini dengan semacam entah... Sebab ketika aku sedang merindukan seseorang, perasaan dan logikaku selalu membawaku pada sebuah atmosfir yang disebut apa, akupun tak tau?. Sebab rindu itu selalu menyeretku pada sebuah ruang yang entah. Namun, sesuatu yang pasti, beliau akan marah jika aku rindukan. Sebagian orang beruntung pak, hanya terpisahkan jarak dan waktu. Sementara kita terpisahkan dimensi yang berbeda.        Apa Kabar Pak ?, semoga bapak baik-baik saja disana. Aku membawa kabar gembira untuk bapak. Sekarang aku sudah semester 7, kuliah di STKIP Siliwangi Bandung. Judul Proposal penelitianku baru saja diacc pak. Do'akan aku ya pak, semoga aku segera mendapatkan sebuah lebel bernama  sarjana. Oh...iya pak, aku mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, terinspirasi dari bapak.          Sejak pertama kali aku berada di kelas bapak, barang sedetikpun aku tidak mau beranjak dari kelas Sastra Indonesia.

“ Exploitasi Gua lalay Majalengka yang belum terjamah, Sunset Cantik & Jernihnya air di Curug Cicangkrung Tamanan Nasional Gunung Ciremai ( TNGC ) Majalengka”

Catatan Perjalanan 8 Juni 2014 Fitri Nurlaela  Masih dengan tema Minimalis Budgetis...ngetrip dengan Low cost. Saya dan dua teman backpacker saya yaitu Danny asal Bandung & Giri asal depok mencoba meng - explore Majalengka Jawa Barat. Berawal dari postingan Ade Imron   Jaelani tentang Gua Lalay Majalengka   di Grup Indonesian Mountain ( Social Media Facebook ), Saya langsung tertarik untuk ngetrip ke Gua lalay. Lalu saya googling mencari litelatur Gua Lalay, saya tidak menemukan web ataupun blog yang memebahas gua Lalay yang kabarnya mirip green canyon. Dari pada buta informasi, akhirnya saya langsung bertanya pada Nara sumber yang pertama kali memposting foto gua lalay tersebut. Ade Imron Zaelani adalah narasumber kami, dia merupakan anggota dari Aspinal foundations & Compas Adventure Majalengka & Rangger di TNGC. Destinasi awal yang kami tuju adalah Gua lalay & Curug Muara Jaya. Namun, Narasumber ( Ade Imron Zaelani ) menyarankan Destinasi lain yaitu Cur

Mengintip Sisi Kawah Galunggung Tasik

Cahaya Siang telah tertutup oleh cahaya malam, waktu liburan yang singkat membuat kami tidak peduli perjalanan itu dilakukan malam atau siang. Mobil kami bak kuda perang yang tengah berlari kencang mengejar musuh di padang terbuka. Sabtu 20 Desember 2014, tepat jam sepuluh malam kami mengawali perjalanan kami dari Bandung menuju Desa Suka Ratu Singgaparna Tasik. Disanalah Tuhan Semesta alam menaburkan Kawah Galungggung yang luasnya kurang lebih 275 Km2 berdiameter 500 meter dengan kedalaman 100 - 150 meter. kami tidak peduli perjalanan kami akan ditemani hujan atau tidak, yang terpenting bebas dari jeratan pasal asap kemacetan. Pergi di tengah malam menghindari asap kemacetan, membuat kita datang kepagian. Deretan bukit, Ladang sawah, Warna – warni kanan & kiri jalan tidak terlihat. Yang terlihat hanya gulita malam yang di selingi siluet dari lampu – lampu  kendaraan serta lampu – lampu rumah. Membuat sang pengemudi harus membuka mata lebar – lebar. Sesekali berpapasan d