Skip to main content

Situ Cileunca Dengan Pagi yang mendung


Pagi itu jam tujuh pagi, cuaca kurang bersahabat hujan rintik berubah, menambah pasukan rintiknya, memperkokoh pertahanan lebih rapat. Sebagian orang enggan menarik selimut hangat dan enyah dari tempat tidur. Meski Cuaca bukanlah halangan, namun memaksa kami berteduh di pasar minggu di sekitaran jalan Kantor Pemerintah Kabupaten Bandung.

Pertahanan perut tidak bisa di hindari lagi dan akhirnya, di tembus oleh Satu porsi gulai kambing dan satu porsi sate  ayam yang totalnya adalah Rp.28.000, Simponi teriakan para pedagang menemani kami di tengah hujan yang mempertebal pertahanan. Sekitar empat puluh menit kami diam menunggu hujan mejabat tangan kami, ah…namun hujan enggan berdamai dengan kami. Kami harus mengalah pada hujan dan membiarkan ia mengiringi perjalan kami.



Setelah menyusuri  Soreang, Banjaran, Cimaung akhirnya kita tiba Situ Cileunca Pangalengan  dengan menempuh 41Km dari Bandung selatan, kurang lebih hanya sekitar 1 jam dari Bandung.
Bagaimana bisa Situ Cileunca di temani mendung saja sudah seindah ini, ditambah dengan bingkai pemandangan Gunung tilu  yang terletak antara ciwidey & pangalengan.



Langit tidak akan pernah bisa berbohong, ia akan menggumpal gelap ketika ia sedang bersedih, ia juga akan menangis dan menurunkan hujan ketika ia sudah tidak tahan ingin menangis. Alam dan manusia aku pikir memiliki beberapa sifat dasar yang tidak jauh berbeda. Sederhana sekali bukan ? Langitpun akan terang dan berwarna jika ia sedang bahagia “berbahagia tersenyum bersemu biru”.



Mungkin ini terdengar SOK, alam Bahkan lebih menyenangkan karena ia tidak pernah berbohong seperti manusia….


Terdengar samar, tapi ia sama seperti kita ia ingin di dengarkan dan ingin di mengerti.Beratapkan cerah, beratapkan mendung semuanya terlihat memikat hati tergantung bersama siapa menikmatinya ???

Sebentar mendung dan sebentar Merona biru. Mau Kau biru mau kau gelap ! Yang terpenting ‘adalah’ kau tetap menjadi dirimu sendiri meskipun kau sering berkaca pada riak air. Hei langit, kau tetap CANTIK walau sedang mendung, walau kau tidak sedang bersemu biru. Seperti yang ku saksikan saat ini Situ Cileunca dengan pagi yang Mendung.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Surat Untuk Bapak Kosmara

Teruntuk Almarhum Bapak Kosmara, Aku memulai tulisan ini dengan semacam entah... Sebab ketika aku sedang merindukan seseorang, perasaan dan logikaku selalu membawaku pada sebuah atmosfir yang disebut apa, akupun tak tau?. Sebab rindu itu selalu menyeretku pada sebuah ruang yang entah. Namun, sesuatu yang pasti, beliau akan marah jika aku rindukan. Sebagian orang beruntung pak, hanya terpisahkan jarak dan waktu. Sementara kita terpisahkan dimensi yang berbeda.        Apa Kabar Pak ?, semoga bapak baik-baik saja disana. Aku membawa kabar gembira untuk bapak. Sekarang aku sudah semester 7, kuliah di STKIP Siliwangi Bandung. Judul Proposal penelitianku baru saja diacc pak. Do'akan aku ya pak, semoga aku segera mendapatkan sebuah lebel bernama  sarjana. Oh...iya pak, aku mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, terinspirasi dari bapak.          Sejak pertama kali aku berada di kelas bapak, barang sedetikpun aku tidak mau beranjak dari kelas Sastra Indonesia.

“ Exploitasi Gua lalay Majalengka yang belum terjamah, Sunset Cantik & Jernihnya air di Curug Cicangkrung Tamanan Nasional Gunung Ciremai ( TNGC ) Majalengka”

Catatan Perjalanan 8 Juni 2014 Fitri Nurlaela  Masih dengan tema Minimalis Budgetis...ngetrip dengan Low cost. Saya dan dua teman backpacker saya yaitu Danny asal Bandung & Giri asal depok mencoba meng - explore Majalengka Jawa Barat. Berawal dari postingan Ade Imron   Jaelani tentang Gua Lalay Majalengka   di Grup Indonesian Mountain ( Social Media Facebook ), Saya langsung tertarik untuk ngetrip ke Gua lalay. Lalu saya googling mencari litelatur Gua Lalay, saya tidak menemukan web ataupun blog yang memebahas gua Lalay yang kabarnya mirip green canyon. Dari pada buta informasi, akhirnya saya langsung bertanya pada Nara sumber yang pertama kali memposting foto gua lalay tersebut. Ade Imron Zaelani adalah narasumber kami, dia merupakan anggota dari Aspinal foundations & Compas Adventure Majalengka & Rangger di TNGC. Destinasi awal yang kami tuju adalah Gua lalay & Curug Muara Jaya. Namun, Narasumber ( Ade Imron Zaelani ) menyarankan Destinasi lain yaitu Cur

Mengintip Sisi Kawah Galunggung Tasik

Cahaya Siang telah tertutup oleh cahaya malam, waktu liburan yang singkat membuat kami tidak peduli perjalanan itu dilakukan malam atau siang. Mobil kami bak kuda perang yang tengah berlari kencang mengejar musuh di padang terbuka. Sabtu 20 Desember 2014, tepat jam sepuluh malam kami mengawali perjalanan kami dari Bandung menuju Desa Suka Ratu Singgaparna Tasik. Disanalah Tuhan Semesta alam menaburkan Kawah Galungggung yang luasnya kurang lebih 275 Km2 berdiameter 500 meter dengan kedalaman 100 - 150 meter. kami tidak peduli perjalanan kami akan ditemani hujan atau tidak, yang terpenting bebas dari jeratan pasal asap kemacetan. Pergi di tengah malam menghindari asap kemacetan, membuat kita datang kepagian. Deretan bukit, Ladang sawah, Warna – warni kanan & kiri jalan tidak terlihat. Yang terlihat hanya gulita malam yang di selingi siluet dari lampu – lampu  kendaraan serta lampu – lampu rumah. Membuat sang pengemudi harus membuka mata lebar – lebar. Sesekali berpapasan d